A. LATAR BELAKANG
Dalam pembelajaran bahasa Indonesia
ada empat keterampilan yang harus dikuasai yakni, menyimak, berbicara, membaca
dan menulis. Secara umum, keterampilan menyimak dan berbicara adalah
keterampilan yang menggunakan bahasa lisan sedangkan keterampilan membaca dan
menulis adalah keterampilan yang menggunakan bahasa tulis dengan melibatkan
pola berpikir dengan baik.
Keterampilan menulis memiliki arti
yang sangat penting bagi dunia pendidikan dan kehidupan bermasyarakat untuk
berkomunikasi dengan baik secara langsung ataupun secara tidak langsung. Dengan
demikian, siswa dapat menuangkan semua ide, gagasan, pendapat, maupun perasaan
yang dimiliki secara kreatif dalam sebuah tulisan yang indah. Disisi lain,
dengan menulis kita dapat mengembangkan pola berpikir yang baik dengan
kreativitas siswa.
Namun, pada kenyataannya siswa
terkadang sulit untuk mencari ide dalam menuangkan idenya dalam mengawali
tulisannya secara runtut. Selain itu, siswa juga sering melakukan kesalahan –
kesalahan dalam menulis, terutama menulis paragraf dalam sebuah karangan.
Berbicara tentang karangan baik
berupa karangan pendek maupun panjang maka mau tidak mau siswa harus berbicara
mengenai beberapa hal atau masalah disekitar karangan tersebut. Yang pertama
adalah tentang topik yang menjadi isi karangan. Masalah yang kedua adalah
pengorganisasian karangan. Di dalam pengorganisasian karangan, siswa sering
melakukan kesalahan – kesalahan terutama dalam menulis paragraf. Selain itu,
kurangnya pemahaman mengenai ciri paragraf yang baik menyebabkan siswa sulit
menghasilkan paragraf yang baik. Oleh karena itu, penulis ingin membahas
tentang bagaimana cara menulis paragraf dan mengembangkannya.
B. PERMASALAHAN
Sesuai
latar belakang tersebut, maka pemasalahan yang hendak dibahas yaitu:
1. Apa
saja kesalahan – kesalahan dalam segi tampilan sebuah paragraf ?
2. Apa
syarat menulis paragraf yang baik ?
3. Bagaimana
cara mengembangkan paragraf ?
C. TUJUAN
Makalah ini memiliki tujuan:
1. Mengetahui
kesalahan- kesalahan dalam segi tampilan penulisan paragraf.
2. Memberi
pengetahuan tentang cara penulisan paragraf yang benar.
3. Memberi
informasi tentang cara mengembangkan sebuah paragraf.
4. Menyelesaikan
tugas mata kuliah bahasa indonesia
D.
TINJAUAN
PUSTAKA
1. KETRAMPILAN
MENULIS
Menurut Tarigan, 1983 (Haryadi dan Zamzani, 1996: 77) mengemukakan bahwa
menulis adalah menurunkan atau menuliskan lambang-lambang grafis yang
menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang sehingga orang lain
dapat membaca lambang-lambang grafis tersebut, kalau mereka memahami bahasa dan
lambang grafis tersebut. Byrne, 1979 (Haryadi dan Zamzani, 1996: 77)
mengemukakan bahwa mengarang pada hakikatnya bukan sekedar menulis simbol -
simbol grafis sehingga berbentuk kata, dan kata-kata disusun menjadi kalimat
menurut peraturan tertentu, akan teta pi mengarang adalah menuangkan buah
pikiran ke dalam bahasa tulis melalui kalimat- kalimat yang dirangkai secara
utuh, lengkap dan jelas sehingga buah pikiran tersebut dapat dikomunikasikan
kepada pembaca dengan berhasil.
Pendapat Haryadi dan Zamzani (1996: 77) menyebutkan bahwa menulis sebagai
kegiatan reproduksi, yaitu menulis apa yang telah dipelajari secara lisan dan
tulisan. Kegiaatn menulis diawali dengan kegiatan menyimak atu membaca.
Hasilnya dituangkan kembali dalam bentuk karangan yang disusun dengan
kata-katanya sendiri. Suparno dan Mohamad Yunus (2007: 1.3), menulis dapat
didefinisikan sebagai suatu kegiatan penyampaian pesan (komunikasi) dengan
bahasa tulis sebagai alat atau medianya.
Pendapat Akhadiyah 1988 (Ahmad Rofi’udin dan Darmiayti Zuchdi, 1998: 262), menulis
dapat diartikan sebagai aktivitas pengekspresian ide, gagasan, pikiran, atau
perasaan ke dalam lambang lambang kebahasaan. Kegiatan menulis melibatkan aspek
penggunaan tanda baca dan ejaan, penggunaan diksi dan kosa kata, penataan kalimat,
pengembangan paragraf, pengolahan gagasan serta pengembangan model karangan.
Murray, 1978 (Ahmad Rofi’udin, 1998: 263), mendeskripsikan menulis sebagai
proses penemuan dan penggalian ide-ide untuk diekspresikan, dan proses ini
dipengaruhi oleh pengetahuan dasar yang dimilikinya.
Menurut Kelly, 1989 (Ahmad Rofi’udin
dan Darmiyati Zuchdi,1998: 263) mengemukakan kegiatan menulis merupakan upaya
menghasilkan ide dan bahasa sebagai sarana pengekspresikannya. Sedangkan Ahmad
Rofi’udin (1998: 263), keterampilan menulis merupakan keterampilan berbahasa
produktif lisan melibatkan aspek, yaitu: (a) penggunaan ejaan, (b) kemampuan
penggunaan diksi/kosakata, (c) kemampuan menggunakan kalimat, dan (d)
penggunaan jenis komposii (gaya penulisan, penentuan ide, pengolahan ide, dan
pengorganisasian ide). Kesemua aspek inilah yang diukur dalam keterampilan
menulis.
Sementara itu, Yeti Mulyati dkk (2009: 5.3) mendefinisikan menulis sebagai
suatu proses berpikir dan menuangkan pemikiran itu dalam bentuk wacana
(karangan). Menulis dapat dikatakan suatu keterampilan berbahasa yang paling
rumit di antara jenis-jenis keterampilan berbahasa lainnya. Ini karena menulis
bukanlah sekedar menyalin kata-kata dan kalimat-kalimat, melainkan juga
mengembangkan dan menuangkan pikiran-pikiran dalam suatu struktur tulisan yang
teratur. Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa kegiatan menulis
merupakan kegiatan menggali ide, gagasan dan pikiran kemudian menuangkannya ke
dalam bentuk tulisan.
2. PARAGRAF
Menurut Uti Darmawati dan Anton Suparyanto (2010: 46) paragraf
merupakan bagian dalam suatu karangan yang memiliki gagasan pokok. Gagasan
pokok merupakan kalimat yang menjadi pokok permasalahan dalam paragraph
selanjutnya diikuti gagasan penjelas. Kalimat dalam paragraph harus runtut dan
saling berkaitan. Zainudin (1991) menyebutkan paragraf adalah satuan bahasa
yang mengandung ide untuk mengungkapkan buah pikiran yang dapat berupa satu
atau beberapa kalimat. Paragraf menurut Sabarti Akhadiah (1991: 111) merupakan
karangan yang paling pendek/paling singkat.
Sebuah paragraf dibangun oleh beberapa kalimat yang saling
berhubungan, karena hanya membicarakan satu gagasan pokok/topic atau satu
pikiran. Semua kalimat dalam paragraf harus membicarakan gagasan pokok tersebut.
Sedangkan Suparno dan Mohamad Yunus (2007: 3.16) mendefinisikan paragraf atau
alinea sebagai satuan bagian karangan yang digunakan untuk mengungkapkan sebuah
gagasan dalam bentuk unataian kalimat. Dapat diakatakan bahwa menyusun paragraf
pada hakikatnya adalah menyusun sejumlah kalimat dalam rangka menghubungkan
sejumlah gagasan.
Pendapat Yeti Mulyati dkk (2009: 5.22) menyatakan bahwa
paragraf terdiri dari kalimat utama/kalimat pokok dan kalimat penjelas. Kalimat
pokok/kalimat utama adalah kalimat yang mengandung pokok permasalahan/gagasan
utama. Sementara itu kalimat penjelas merupakan kalimat-kalimat yang
menjelaskan kalimat pokok. Dari beberapa definisi di atas, penulis menyimpulkan
bahwa paragraf merupakan gabungan kalimat yang terdiri dari kalimat
topik/kalimat utama dan kalimat-kalimat lain yang menjelaskan kalimat
topik/kalimat utama. Kalimat topic adalah kalimat utama yang mengandung gagasan
pokok. Sedangkan kalimat penjelas adalah kalimat yang menjelaskan kalimat topik
tersebut.
E. PEMBAHASAN
1.
PENGERTIAN PARAGRAF
Setiap karangan yang baik harus
dibagi menjadi bagian – bagian. Karangan yang panjang umumnya dibagi menjadi
beberapa sub-bab atau anak bab. Di dalam sub – bab atau anaka bab tersebut
masih dibagi lagi menjadi bagian – bagian lagi. Bagian – bagian dari anak bab
tersebutlah yang dinamakan paragraf yang terdiri atas bagian – bagian yang
berupa kalimat.
2. UNSUR
– UNSUR PARAGRAF
a. Perlengkapan
Paragraf
·
Paragraf memiliki empat unsur, yaitu:
1) Transisi
( berupa kata atau kalimat)
2) Kalimat
Topik
3) Kalimat
Penjelas
4) Kalimat
penegas
·
Paragraf memiliki tiga unsur, yaitu:
1) Transisi
( berupa kata atau kalimat)
2) Kalimat
Topik
3) Kalimat
Penjelas
·
Paragraf memiliki dua unsur, yaitu:
1) Kalimat
topik
2) Kalimat
pengembang
b. Transisi
Transisi
ialah mata rantai penghubung antarparagraf. Transisi berfungsi sebagai
penghubung jalan pikiran dua paragraf yang berdekatan.
1) Transisi
Berupa Kata
(a) Penanda
hubungan kelanjutan. ( dan, lagi, Serta, lagi pula dll.)
(b) Penanda
Hubungan urutan waktu. ( Dahulu, kini, sekarang, sebelum, setelah, dll)
(c) Penanda
klimaks.(Paling......., se.....nya, ter.......)
(d) Penanda
perbandingan. ( sama, seperti, ibarat, dll)
(e) Penanda
kontras. ( tetapi, biarpun, walaupun, sebaliknya)
(f) Penanda
urutan jarak. ( di sini, di situ, di sana, dekat, jauh)
(g) Penanda
ilustrasi. ( umpama, contohnya, misalnya)
(h) Penanda
sebab akibat. ( karena, sebab, oleh karena, akibatnya )
(i) Penanda
kondisi. ( jika, kalau, jika lau, andai kalau)
(j) Penanda
kesimpulan. ( kesimpulan, ringkasnya, garis besarnya)
2) Transisi
Berupa Kalimat
Transisi
berupa kalimat yang berfungsi sebagai transisi dan sebagai pengantar topik
utama yang akan diperbincangkan. Letaknya selalu mendahului kalimat topik. Bila
dalam suatu paragraf terdapat kalimat penuntun sebagai transisi maka kalimat
topik terdapat segera setelah kalimat penuntun selesai.
c. Kalimat
Topik
Kalimat
topik adalah perwujudan pernyataan ide pokok paragraf dalam bentuk umum atau
abstrak. Ada tiga kemungkinan letak kalimat topik dalam paragraf. Kemungkinan
pertama, pada awal bagian paragraf, segera setelah transisi kalau transisi ada
pada paragraf tersebut. Kemungkinan kedua, terdapat pada bagian akhir paragraf.
Kemungkinan ketiga, berada di tengah – tengah peragraf, tetapi hal ini jarang
ditemui.
d. Kalimat
Pengembang
Kalimat
pengembang merupakan kalimat – kalimat yang memperluas pemaparan ide pokok yang
bersifat abstrak menuruti hakekat ide pokok.
e. Kalimat
Penegas
Kalimat
penegas adalah perwujudan pernyataan yang dapat menunjang kejelasan informasi.
Fungsi kalimat penegas ada dua. Pertama, sebagai pengulang atau penegas kembali
kalimat topik. Kedua sebagai daya penarik bagi para pembaca atau sebagai
selingan untuk menghilangkan kejemuan.
3. JENIS
PARAGRAF
Jenis – jenis paragraf bisa
digolongkan berdasarkan bentuknya dan letak kalimat utamanya.
a.
Jenis
Paragraf Berdasarkan Bentuk Paragraf
1)
Paragraf
bentuk lurus (paragraf lurus) penulisan setiap barisnya semua ditulis
lurus pada margin kiri. Perpindahan paragraf ditandai dengan dengan penambahan
satu spasi dari paragraf sebelumnya.
Contoh:
Xxxxxxx
xxxx xxxx xxxxx xxxxxx xxxxxxx xxx xxx, xxxxxx, xxxxxxx, xxxxxxxxx, xxx
xxxxxxx. Xxxx xxxxxxxxxx xxxxxxx xxxxx xxxxxxxxxxx xxxxxxx. Xxxxxx xxxxxx xxxxx
xxxx xxxxx xxxx, xxxx, xxx xxxxx.
Xxxxxxxx xxxx xxxx xxxxx xxxxxx xxxxx
xxx xxx, xxxxxx, xxxxxxx, xxxxxxxxx, xxx xxxxxxx. Xxxx xxxxxxxxxx xxxxxxx xxxxx
xxxxxxxxxxx xxxxxxx. Xxxxxx xxxxxx xxxxx xxxxxx xxxx, xxxx, xxx xxxxx.
2) Paragraf
bentuk bertakuk, penulisan baris pertama diawal paragraf ditulis agak menjorok
ke kanan sepanjang 5 atau 7 ketukan dari
margin kiri.
Contoh:
Xxxxxxx xxxx xxxx xxxxx xxxxxx xxxxxxx xxx xxx,
xxxxxx, xxxxxxx, xxxxxxxxx, xxx xxxxxxx. Xxxx xxxxxxxxxx xxxxxxx xxxxx
xxxxxxxxxxx xxxxxxx. Xxxxxx xxxxxx xxxxx xxxx xxxxx xxxx, xxxx, xxx xxxxx.
Xxxxxxxx xxxx xxxx xxxxx xxxxxx xxxxx xxx xxx,
xxxxxx, xxxxxxx, xxxxxxxxx, xxx xxxxxxx. Xxxx xxxxxxxxxx xxxxxxx xxxxx
xxxxxxxxxxx xxxxxxx. Xxxxxx xxxxxx xxxxx xxxxxx xxxx, xxxx, xxx xxxxx.
Dari segi tampilan,
sekurang – kurangnya terdapat empat kesalalahan umum dalam penyusunan paragraf.
Kesalahan – kesalahan tersebut, apabila digambarkan menjadi berikut.
a) Kerancuan
Bentuk Paragraf
Contoh:
1.1
Latar Belakang
Ungkapan generasi muda sebagai generasi penerus
bangsa sering kali didengung – dengungkan sebagai suatu bentuk harapan. Guna
mewujudkan hal tersebut, generasi muda perlu dibekali dan dipersiapkan sengan sungsuh
– sungguh. Bekal tersebut tidak sekedar hard
skill melalui ilmu yang dipelajari, melainkan juga soft skill.
Kualitas lulusan perguruan tinggi sering kali
dikeluhkan oleh para pengguna karena
tidak sesuai dengan harapan. Mereka sering dianggap sebagai sarjana “payah”.
Kata “payah” disini diartikan sebagai sarjana tidak tangguh, kurang percaya
diri, dan sulit beradaptasi, serta kurang memiliki empati. Selain itu rata –
rata kemampuan komunikasi mereka juga rendah.
Kesalahan ini terletak
pada penambahan jarak paragraf pertama dan paragraf kedua. Apabila menggunakan paragraf bertakuk,
seharusnya pada pergantian paragraf tidak ditambahkan jarak.
b) Kesalahan
Penempatan Baris Kalimat
Contoh:
1.1
Latar Belakang
Ungkapan generasi muda sebagai generasi penerus
bangsa sering kali didengung – dengungkan sebagai suatu bentuk harapan. Guna
mewujudkan hal tersebut, generasi muda perlu dibekali dan dipersiapkan sengan
sungsuh – sungguh.
Bekal
tersebut tidak sekedar hard skill
melalui ilmu yang dipelajari, melainkan juga soft skill.
Kualitas lulusan perguruan tinggi sering kali
dikeluhkan oleh para pengguna karena
tidak sesuai dengan harapan. Mereka sering dianggap sebagai sarjana “payah”.
Kata “payah” disini diartikan sebagai sarjana tidak tangguh, kurang percaya
diri, dan sulit beradaptasi, serta kurang memiliki empati.
Selain
itu, rata – rata kemampuan komunikasi mereka juga rendah.
Kesalahan terletak
pada setiap pergantian kalimat dengan
perpindahan baris. Seharusnya selama baris dari bagian paragraf tersebut belum
habis sampai margin kiri – walaupun hanya satu suku kata – tetap belum
dilakukan perpindahan baris.
c) Penanda
Bentuk Lekuk yang Salah
Contoh:
1.1
Latar Belakang
Ungkapan generasi muda sebagai generasi penerus
bangsa sering kali didengung – dengungkan sebagai suatu bentuk harapan. Guna
mewujudkan hal tersebut, generasi muda perlu dibekali dan dipersiapkan sengan
sungsuh – sungguh. Bekal tersebut tidak sekedar hard skill melalui ilmu yang dipelajari, melainkan juga soft skill.
Kualitas lulusan perguruan tinggi sering kali
dikeluhkan oleh para pengguna karena
tidak sesuai dengan harapan. Mereka sering dianggap sebagai sarjana “payah”.
Kata “payah” disini diartikan sebagai sarjana tidak tangguh, kurang percaya
diri, dan sulit beradaptasi, serta kurang memiliki empati. Selain itu rata –
rata kemampuan komunikasi mereka juga rendah.
Kesalahannya terletak pada penanda paragraf bentuk yang ditulis
terlalu menjorok ke kanan lebih dari 7 ketukan yang seharusnya cukup 5 atau 7
ketukan.
d) Penulisan
Pada Margin yang Salah
Contoh:
1.1
Latar Belakang
Ungkapan generasi muda sebagai generasi penerus
bangsa sering kali didengung – dengungkan sebagai suatu bentuk harapan. Guna
mewujudkan hal tersebut, generasi muda perlu dibekali dan dipersiapkan sengan
sungsuh – sungguh. Bekal tersebut tidak sekedar hard skill melalui ilmu yang dipelajari, melainkan juga soft skill.
Kualitas lulusan perguruan tinggi sering kali
dikeluhkan oleh para pengguna karena
tidak sesuai dengan harapan. Mereka sering dianggap sebagai sarjana “payah”.
Kata “payah” disini diartikan sebagai sarjana tidak tangguh, kurang percaya
diri, dan sulit beradaptasi, serta kurang memiliki empati. Selain itu rata –
rata kemampuan komunikasi mereka juga rendah.
Kesalahannya terletak pada penulisan baris kedua dan seterusnya pada
masing – masing paragraf yang seharusnya dibawah angka sub – bab dan bukan
dibawah nama sub-bab.
Dari kesalahan segi
tampilan tersebut, Maka dapat di perhatikan bahwa segi tampilan yang benar
dalam menulis paragraf adalah sebagai berikut:
1.1
Latar Belakang
Ungkapan
generasi muda sebagai generasi penerus bangsa sering kali didengung –
dengungkan sebagai suatu bentuk harapan. Guna mewujudkan hal tersebut, generasi
muda perlu dibekali dan dipersiapkan sengan sungsuh – sungguh. Bekal tersebut
tidak sekedar hard skill melalui ilmu
yang dipelajari, melainkan juga soft
skill.
Kualitas
lulusan perguruan tinggi sering kali dikeluhkan
oleh para pengguna karena tidak sesuai dengan harapan. Mereka sering
dianggap sebagai sarjana “payah”. Kata “payah” disini diartikan sebagai sarjana
tidak tangguh, kurang percaya diri, dan sulit beradaptasi, serta kurang
memiliki empati. Selain itu rata – rata kemampuan komunikasi mereka juga
rendah.
b.
Jenis
Paragraf Berdasarkan Letak Kalimat Utama
Jenis paragraf bedasarkan kalimat
utama terbagi menjadi empat, yaitu:
1. Paragraf
Deduktif , yaitu paragraf yang kalimat utamanya terletak diawal paragraf dan
diikuti oleh kalimat penjelas.
2. Paragraf
induktif, yaitu paragraf yang diawali kalimat penjelas dan diakhiri oleh
kalimat utama.
3. Paragraf
campuran, yaitu paragraf yang kalimat utamanya terdapat pada awal dan akhir
paragraf.
4. KRITERIA
PARAGRAF
Syarat – syarat agar paragraf termasuk
kategori baik, diantaranya:
a. Isi
Paragraf Hanya Terpusat pada Satu Hal Saja
Jika
isi paragraf berganda, maka akan mengurangi kejelasan informasi. Pertama, paragraf
harus bersifat panjang sebab kalimat pengembangnyapun harus berlipat dua.
Kedua, pikiran dan perhatian pembaca juga bercabang terhadap dua hal dalam satu
paragraf.
b. Isi
Paragraf Yang Relevan dengan Isi Karangan
Paragraf
harus relevan dan menunjang isi karangan. Jika isi karangan mengenai demokrasi
maka isi paragraf tidak boleh keluar dari persoalan demokrasi dalam bentuk
kongkret.
c. Paragraf
harus Koheren dan Unity
Hubungan
antarkalimat dengan paragraf harus berkaitan erat satu sama lain. Penjelasan
ide pokok yang ditujukan pada kalimat topik secara abstrak dan kalimat
pengembang secara kongret dengan beberapa kalimat yang saling berkaitan
menumbuhkan wujud kepaduan, kebulatan atau unity.
d. Kalimat
Topik harus Dikembangkan dengan Jelas dan Sempurna
Pengembangan
kalimat topik ini dilakukan dengan penjabaran kedalam bentuk – bentuk yang
kongkret. Bentuk kongkret tersebut dapat diperoleh dengan cara pemaparan,
pemberian contoh, penganalisisan, dan lain – lain melalui metode berfikir
deduksi, induksi dan campuran.
e. Struktur
Paragraf harus Bervariasi
Paragraf
harus bervariasi dalam panjang, struktur dan cara penguraian. Variasi itu
didasarkan pada latar belakang pembaca, sifat media karangan diterbitkan, dan
sifat serta tuntutan kalimat topik.
f. Paragraf
Ditulis dalam Bahasa Indonesia yang Baik dan Benar
Bahasa
yang baik adalah bahasa yang tidak melanggar kaidah – kaidah yang ditetapkan oleh masyarakat pemakai
bahasa. Bahasa yang benar ialah bahasa yang sesuai dengan situasi dan kondisi
pemakaiannya. Adapun aspek kebahasaan yang perlu diperhatikan dalam penulisan
paragraf yaitu penulisan huruf, penulisan kata, penulisan unsur serapan, tanda
baca, pembentukan kata, dan penyusunan kalimat.
5. CARA
MENGEMBANGKAN PARAGRAF
a. Pengembangan
Umum-Khusus/Khusus-Umum
1. Pengembangan
Umum-Khusus
Pengembangan paragraf dengan menempatkan kalimat
utama pada awal paragraf kemudian diikuti oleh kalimat – kalimat atau gagasan
penjelas.
Contoh:
Manusia
memerlukan agama dalam kehidupannya. Dengan beragama, manusia akan memiliki
iman yang teguh. Iman yang teguh membuat hidup menjadi terarah dan tidak mudah
terpengaruh oleh lingkungan yang kurang baik. Keteguhan dan kekuatan iman juga
bisa menjadikan angka kejahatan berkurang, sehingga kehidupan manusia semakin
tentram.
2. Pengembangan
Khusus-Umum
Pengembangan paragraf khusus- umum adalah
pengembangan paragraf dengan menempatkan gagasan – gagasan penjelas yang
bersifat khusus pada kalimat – kalimat bagian awal.
Contoh:
Hari itu, setelah makan malam, Gandhi bermaksud
menghadiri doa bersama. Ketika ia tiba di tempat doa dia sudah ditunggu oleh
sekitar lima ratus orang. Diantara yang hadir itu ada tiga orang lelaki asal
Poona, bernama Nathuram Godse. Sambil mengangkat kepalanya, ia meraih barette
hitam otomatis dan menembak Gandhi selama tiga hari. Saat itulah setelah
mengaduh, Gandhi meninggal dunia.
b.
Pengembangan
Sebab-Akibat / Akibat-Sebab
1) Pengembangan
Paragraf Sebab – Akibat.
Pengembangan paragraf sebab – akibat lebih dahulu
mengemukakan fakta yang menjadi sebab terjadinya sesuatu sebagai pikiran
utamanya, kemudian diikuti oleh akibat sebagai pikiran atau kalimat- kalimat
penjelasnya.
Contoh:
Keluarga berencana berusaha menjamin kebahagiaan
hidup keluarga. Ibu tidak selalu hidup merana karena setiap tahun melahirkan.
Bapak tidak pula terlalu pusing memikirkan usaha untuk mencukupi kebutuhan keluarganya.
Anak – anak pun tidak terlantar hidupnya.
2) Pengembangan
Paragraf Akibat-Sebab.
Penengermbangan sebab – akibat diawali oleh akibat
suatu kejadian yang merupakan pikiran utamanya, diikuti oleh sebab – sebab
sebagai pikiran atau gagasan penjelas.
Contoh:
Hari itu Amir kelihatan
sedih. Uangnya sebanyak dua puluh ribu rupiah hilang. Padahal, hari itu juga ia
harus juga membayar SPP. Apalagi ia juga teringat ibunya yang masih sakit. Ia
juga tidak tahu dari mana ia harus mengganti uangnya yang hilang itu.
c.
Pengembangan
dengan perbandingan
Pengembangan paragraf dengan perbandingan adalah
pengembangan paragraf yang berusaha memperjelas paparannya dengan jalan
membandingkan dan mempertentangkan hal – hal yang dibicarakan.
Pengembangan paragraf dengan perbandingan bisa
dilakukan dengan dua cara, yaitu:
1. Membandingkan
rincian ciri – ciri keseluruhan satu obyek yang dibandingkan secara bergantian.
Contoh:
Pada zaman dahulu,
hubungan antara guru dan murid sangat renggang. Guru dianggap seperti “dewa”,
orang yang serba bisa. Murid lebih banyak diam untuk mendengarkan, sedangkan
guru lebih banyak menjelaskan. Maka pengetahuan murid lebih banyak dari apa
yang diberikan oleh guru dari pada yang diperolehnya sendiri. Lain dengan zaman
sekarang. Hubungan antara guru dan murid menjadi lebih dekat. Murid tidak hanya
dianggap sebagai obyek didik, tetapi subyek didik. Murid dilibatkan secara aktif
dalam proses belajar-mengajar, sebagai pemahaman yang diperoleh murid tidak
hanya dari apa yang telah diajarkan oleh guru saja, tetapi juga dari
pemerolehan sendiri lewar keaktifan mencari dan menemukan.
2.
Membandingkan satu persatu perbedaan dan
persamaan kedua hal yang dibandingkan tersebut.
Contoh:
Pantun dan syair mempunyai beberapa persamaan dan
perbedaan. Keduanya tergolong puisi lama yanjg terdiri atas 4 baris. Pada syair
keempat barisnya merupakan isi, sedangkan pada pantun isinya terletak pada
baris ke-3 dan ke-4. Pantun berasal dari bumi Indonesia, sedangkan syair
berasal dari sastra Arab.
d.
Pengembangan
dengan Definisi Luas
Pembangan paragraf jenis ini adalah pengembangan
yang didasarkan oleh keiingan untuk menjelaskan sesuatu. Penjelasan tentang
sesuatu itu kadang – kadang memrlukan uraian yang panjang, berupa kalimat –
kalimat. Apabila keadaan ini yang terjadi, dan telah membentuk satu paragraf
tersendiri, maka pengembangan paragraf tersebut dinamakan pengembangan dengan
definisi luas.
Contoh:
Boraks adalah sejenis
zat asam yang sebenarnya berfungsi sebagai bahan campuran kosmetik dan bahan
soldier. Tetapi boraks juga sering disalahgunakan sebagai bahan tambahan
makanan. Khusus untuk bakso, boraks digunakan sebagai pengawet, sekaligus
memberikan rasa gurih dan renyah.
e.
Pengembangan
dengan contoh
Pengembangan paragraf ini biasanya diawali dengan
sebuah pokok yang menjadi inti pembicaraan, kemudian diikuti oleh contoh –
contoh sebagai gagasan pendukung.
Contoh:
Malang adalah kota pariwisata. Sebutan ini memang
layak disandang oleh kota Malang. Dari pintu arah selatan ada tempat pariwisata
bendungan Karang Kates. Dari arah utara, khususnya di daerah Singosari, banyak
ditemui peninggalan kerajaan singosari. Dari arah barat, ada tempat pemandian,
tempat rekrasi Sengkaling, dan Tlogo Mas. Adapun pintu gerbang sebelah timur
ada tempat rekreasi Wendit. Selain itu, Didalam kotapun masih banyak tempat
Wisata lain, misalnya: Senaputra, Telaga Indah, dan Candi Badut.
F.
KESIMPULAN
Dari data yang telah diperoleh,
maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Kesalahan
– kesalahan dalam menulis paragraf yaitu:
Ø Kerancuan
bentuk paragraf
Ø Kesalahan
penempatan baris pada kalimat
Ø Penanda
bentuk lekuk yang salah
Ø Penulisan
pada margin yang salah
2. Syarat
paragraf yang baik yaitu:
Ø Isi
Paragraf Hanya Terpusat pada Satu Hal Saja
Ø Isi
Paragraf Yang Relevan dengan Isi Karangan
Ø Paragraf harus Koheren dan Unity
Ø Kalimat
Topik harus Dikembangkan dengan Jelas dan Sempurna
Ø Struktur
Paragraf harus Bervariasi
Ø Paragraf
Ditulis dalam Bahasa Indonesia yang Baik dan Benar
3. Cara
mengembangkan paragraf yaitu dengan cara:
Ø Pengembangan
Umum-Khusus/Khusus-Umum
Ø Pengembangan
Sebab-Akibat/Akibat-Sebab
Ø Pengembangan
dengan perbandingan
Ø Pengembangan
dengan Definisi Luas
Ø Pengembangan
dengan contoh
G.
DAFTAR
PUSTAKA
Indradi, Agustinus. 2008. Cermat Berbahasa Indonesia. Malang:
Dioma
Tarigan, Djago. 1986. Membina Ketrampilan menulis paragraf dan pengembangannya. Bandung:
Angkasa Baru.
http://bintangbangsaku.com/artikel/kesulitan-belajar-menulis. (diakses pada hari Kamis,13 Juli 2013 pukul 04:35:57))
http://ellya7.wordpress.com/2008/01/04/hambatan-mahasiswa-dalam-menulis
-paragraf/. (diakses pada
hari Kamis, 13 Juli 2013. pukul 04:30:55)
(diakses pada hari Kamis. 13 Juli 2013. pukul 04:42:34)
http://www.arlan85.com/2012/03/pengertian-menulis-dari-berbagai-pakar.html.
(diakses pada hari Kamis. 13 Juli 2013. pukul 04:49:21)
"Kesalahannya terletak pada penulisan baris kedua dan seterusnya pada masing – masing paragraf yang seharusnya dibawah angka sub – bab dan bukan dibawah nama sub-bab." << Mengapa demikian?
ReplyDelete